• Rabu, 25 Desember 2013

    Alat apakah yang bisa nyari ikan sendiri ?

    Selamat siang para pembaca blog sekalian nih :),Puci kembali hadir buat mengupas tuntas tajam setajam golok hahaha :D. Tema padasiang hari ini adalah tentang adanya alat untuk menangkap ikan dengan otomatis..ya keles kita cuma bisa ngliatin tuh alat bekerja sambil baca koran sama mi num teh.. (Emang ada dilaut yang jualan koran),Indonesia kan merupakan wilayah laut ya ,banyak banged tuh air lautnya begitu pula dengan hasil lautnya seperti ikan dan biota biota laut.Namun sering terjadi banyak kesalahan atau pun kurang adanya sdm yang mumpuni untuk mementingkan kepentingan rakyat kecil bukan memperkaya orang besar :). Dan aku selalu berdoa suatu saat nanti jika aku diberi kemudahan jalan oleh Alloh maka aku akan membuat inovasi tentang alat tangkap yang canggih dan dapat digunakan nelayan kecil.

    Selasa, 24 Desember 2013

    Perubahan Iklim

    Apakah yang terjadi jika Dunia ini semakin Tua ...semakin rapuh...Pemirsah Entah lah aku juga tak habis pikir ...bagaimana nasib dunia ini jika pemanasan terjadi dimana mana,masing masing pihak saling menyalahkan dan tak ada yang mau memulai bergerak memperbaikinya... Lihat saja apa yang terjadi degan keadaan es di kutup utara maupun selatan .itu sudah menipis dan mencair Sekarang saja es dipuncak puncak gunung mulai mencair..apakah kita tetap masih bisa melihat es dipuncak gunung di Indonesia ini... Mungkin nantinya jika es semua mencair kita hanya bisa merasakan panas di dunia ini. Atau kita perlu bawa es ke puncak gunung atau bawa kulkas ƪ_(☉▿▿▿▿▿▿☉)_ʃ

    Selasa, 10 Desember 2013

    Taksonomi Ikan

    Taksonomi Ikan Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)[1] yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak (jv, bjn), jukut (vkt). Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan. Sampai saat ini, ikan pada umumnya dikonsumsi langsung. Upaya pengolahan belum banyak dilakukan kecuali ikan asin. Ikan dapat diolah menjadi berbagai produk seperti ikan kering, dendeng ikan, abon ikan, kerupuk ikan, ikan asin, kemplang, bakso ikan dan tepung darah ikan sebagai pupuk tanaman dan pakan ikan. 1. Taksonomi Ikan mas Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut: Kelas : Osteichthyes Anak kelas : Actinopterygii Bangsa : Cypriniformes Suku : Cyprinidae Marga : Cyprinus Jenis : Cyprinus carpio L. Berdasarkan keanekaragaman genetik, ikan mas memiliki keistimewaan karena banyknya jumlah strain. Kondisinya pembudidayaannya saat ini makin masih “terpuruk” karena serangan wabah koi herpes virus (KHV) beberapa tahun lalu. Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk memperbaiki kondisi ini antara lain: (1) penanganan berupa pengobatan terhadap induk-induk yang masih mampu bertahan/hidup, (2) pengadaan kembali induk dari sentra usaha budidaya yang belum pernah terserang, dan (3) mengaplikasikan teknik pengelolaan induk yang sesuai dengan kaidah genetik dan budidaya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan induk ikan mas antara lain: Sistem perolehan/produksi induk dan cara pendistribusiannya ke petani/pembudiaya. Aplikasi yang konsisten dari teknik pengelolaan induk yang disesuaikan dengan wadah budidaya yang digunakan, cara pemeliharaan induk dan memperhatikan aspek genetik dalam pengelolaannya. 2. Taksonomi ikan nila Ikan Nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar dan di beberapa waduk di Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan Nila Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Perciformes Famili: Cichlidae Genus: Oreochromis Spesies: O. niloticus Nama binomial Oreochromis niloticus Linnaeus, 1758 3. Taksonomi ikan gabus Ikan gabus adalah sejenis ikan buas yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan banyak nama di pelbagai daerah: aruan, haruan (Mly.,Bjn), kocolan (Btw.), bogo (Sd.), bayong, bogo, licingan (Bms.), kutuk (Jw.), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai nama seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped snakehead dan juga aruan. Nama ilmiahnya adalah Channa striata Ikan Gabus Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalial Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Perciformes Famili: Channidae Genus: Channa Spesies: C. striata Nama binomial Channa striata (Bloch, 1793) 4. Taksonomi ikan lele Lele, secara ilmiah, terdiri dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila lele di Nusantara mempunyai banyak nama daerah. Antara lain: ikan kalang (Sumatra Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), gura magura (Srilangka), ナマズ (Jepang) dan 鲇形目 (Tiongkok). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air. Lele Rentang fosil: Pliosen Bawah – Kini Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Siluriformes Famili: Clariidae Genus: Clarias Scopoli, 1777 Spesies Sinonim Chlarias Scopoli, 1777 Macropteronotus La Cepède, 1803 Clarias Cuvier, 1816 Cossyphus M’Clelland, 1844 Phagorus M’Clelland, 1844 Dinotopteroides Fowler, 1930 Prophagorus Smith, 1939 Anguilloclarias Teugels, 1982 Brevicephaloides Teugels, 1982 Clarioides Teugels, 1982 Platycephaloides Teugels, 1982 5. Taksonomi ikan patin Ikan patin atau dalam bahasa latinnya disebut pangasius hipothalmus merupakan ikan konsumsi budi daya ikan air tawar unggulan. Keunggulan ikan patin, dagingnya gurih, mengandung banyak lemak, dan tidak banyak duri. Harganya yang stabil dan cukup tinggi membuat usaha budidaya ikan patin ini menjanjikan keuntungan. Ikan dari famili Pangasidae ini secara sistematik diklasifikasikan sebagai berikut : Filum : Chordata Klas : Pisces Ordo : Siluriformes Famili : Pangasidae Genus : Pangasius Spesies : Pangasius djambal atau P. pangasius 6. Taksonomi ikan kakap merah Ikan kakap merah merupakan ikan dasar yang selalu berkelompok menempati karang, tandes atau rumpon. Ikan kakap merah yang mempunyai nama inggris red snapper hampir bisa ditemui semua lokasi di Indonesia bahkan di dunia. Ikan yang biasanya memiliki nama latin depannya Lutjanus termasuk dalam family Lutjanidae. Soal jenisnya kakap sendiri ada banyak macam spesiesnya, namun pada rubrik ini kami hanya membahas spesies kakap pada umumnya. Lantaran warna ikan ini merah, orang-orangpun menyebutnya dengan nama kakap merah. Secara lengkap taksonomi ikan kakap merah adalah sbb; Philum: Chordata Sub Philum: Vertebrata Kelas: Pisces Sub Kelas: Teleostei Ordo: Percomorphi Famili: Lutjanidae 7. Taksonomi ikan hiu Hiu samudra berujung putih, Carcharhinus longimanus Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Subfilum: Vertebrata Kelas: Chondrichthyes Subkelas: Elasmobranchii Superordo: Selachimorpha Hiu adalah sekelompok (superordo Selachimorpha) ikan dengan kerangka tulang muda yang lengkap [1] dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang enam atau tujuh, tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang, kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air.[1] Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan. 8. taksonomi ikan banding Bandeng (Latin: Chanos chanos atau bahasa Inggris: milkfish) adalah sebuah ikan yang merupakan makanan penting di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (kurang lebih tujuh spesies punah dalam lima genus tambahan dilaporkan pernah ada). Bandeng Klasifikasi ilmiah Regnum: Animalia Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Gonorynchiformes Familia: Chanidae Genus: Chanos Spesies: chanos Nama jenis Chanos chanos (Forsskål, 1775) 9. taksonomi ikan paus sei Paus Sei (dilafalkan: [seɪ] atau [saɪ]), Balaenoptera borealis, adalah paus balin, rorqual terbesar ketiga setelah paus biru dan paus sirip.[2] Binatang ini dapat ditemukan di belahan dunia di seluruh samudra dan tengah laut, dan menyukai perairan lepas pantai. Binatang ini cenderung menghindari kutub dan perairan tropis dan perairan yang setengah tertutup. Paus Sei bermigrasi setiap tahun dari perairan dingin dan subkutub di musim panas menuju perairan hangat dan subtropis di musim dingin, meskipun di kebanyakan wilayah rute migrasi yang tepat tidak diketahui.[4] Paus Sei Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Mammalia Subkelas: Eutheria Ordo: Cetacea Subordo: Mysticeti Familia: Balaenoptiidae Genus: Balaenoptera Spesies: B. borealis Nama binomial Balaenoptera borealis Lesson, 1828 10. taksonomi ikan gelodok Gelodok, belodok, belodog atau blodog adalah sekelompok ikan dari beberapa marga yang termasuk ke dalam anak suku Oxudercinae. Ikan-ikan ini senang melompat-lompat ke daratan, terutama di daerah berlumpur atau berair dangkal di sekitar hutan bakau ketika air surut. Nama-nama lainnya adalah tembakul, tempakul, timpakul atau belacak (bahasa Melayu), gabus laut, lunjat dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut mudskipper, karena kebiasaannya melompat-lompat di lumpur itu. Gelodok Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Perciformes Familia: Gobiidae Subsuku: Oxudercinae Genera Apocryptes Apocryptodon Boleophthalmus Oxuderces Parapocryptes Periophthalmodon Periophthalmus Pseudapocryptes Scartelaos Zappa (genus) 11. taksonomi ikan toman Toman adalah nama sejenis ikan buas dari suku ikan gabus (Channidae). Memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan gabus, toman dapat tumbuh besar mencapai panjang lebih dari satu meter dan menjadi spesies yang terbesar dalam sukunya. Toman Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Perciformes Familia: Channidae Genus: Channa Spesies: C. micropeltes Nama binomial Channa micropeltes (Cuvier, 1831) 12. taksonomi ikan paus (mamalia) Paus adalah sejenis mamalia yang hidup di lautan. Meskipun dalam bahasa Indonesia paus sering disebut “ikan paus”, paus sebenarnya bukanlah tergolong dalam keluarga ikan. Seperti hewan mamalia yang lain ikan paus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: bernafas melalui paru-paru mempunyai bulu (sedikit, hampir tidak ada bagi paus dewasa) berdarah panas mempunyai kelenjar susu. mempunyai jantung empat bilik Ikan paus purba berevolusi pada pertengahan tempo Eocene, kira-kira 50 juta tahun yang lalu. Salah satu paus terawal yang telah punah adalah Basilosaurus yang mempunyai kepala kecil bermoncong menonjol dan bergigi. Basilosaurus mempunyai panjang 25 meter. Fosil menunjukkan bahwa paus berasal dari hewan daratan berkuku, mungkin dari hewan seperti Mesonychid (hewan seperti serigala yang tinggal di pesisir pantai) yang berangsur-angsur kembali tinggal di laut sekitar 50 juta tahun yang lalu. Satu lagi kemungkinan hewan lain yang berubah menjadi paus, adalah Ambulocetus, mamalia berukuran anjing laut, sepanjang 3 meter seberat 325 kilogram. Read the rest of this entry 13. taksonomi ikan klon Ikan klon (Amphiprion percula, dikenal pula dengan nama clown fish, clown anemone fish) adalah ikan akuarium yang populer, terutama sejak menjadi bintang utama dalam film Finding Nemo. Ikan ini ditemukan di daerah luas di indo-pasifik yang beriklim tropis dan hidupnya selalu dekat dengan anemon karena keduanya memang dapat saling bekerjasama saling menguntungkan. Ikan klon dapat bersembunyi dari ikan lain di anemon, sedangkan anemon bisa mendapat makan dari ikan klon. Ikan klon Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Perciformes Familia: Pomacentridae Genus: Amphiprion Spesies: A. percula Nama binomial Amphiprion percula (Lacepède, 1802) 14. taksonomi ikan lumba-lumba Lumba-lumba Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Mammalia Ordo: Cetacea Subordo: Odontoceti Familia: Delphinidae 15. taksonomi ikan sepat rawa Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Perciformes Familia: Osphronemidae Genus: Trichogaster Spesies: T. pectoralis’ Nama binomial Trichogaster pectoralis (Regan, 1910) 16. taksonomi ikan betok Betok Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Perciformes Familia: Anabantidae Genus: Anabas Spesies: A. testudineus Nama binomial Anabas testudineus (Bloch, 1792) 17. taksonomi ikan belut Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Anguilliformes Subordo Anguilloidei Nemichthyoidei Congroidei Synaphobranchoidei Klasifikasi Subordo Anguilloidei Anguillidae (belut air tawar) Chlopsidae (false morays) Heterenchelyidae Moringuidae (worm eels) Muraenidae (moray eels) Myrocongridae Subordo Nemichthyoidei Nemichthyidae (snipe eels) Serrivomeridae (sawtooth eels) Subordo Congroidei Colocongridae Congridae (congers) Termasuk Macrocephenchelyidae Muraenesocidae (conger pikes) Nettastomatidae (witch eels) Derichthyidae (longneck eels) Termasuk Nessorhamphidae Ophichthidae (snake eels) Subordo Synaphobranchoidei Synaphobranchidae (cutthroat eels) Termasuk Simenchelyidae, Nettodaridae, and Dysommidae 18. Taksonomi ikan Coelacanths Status konservasi: Terancam Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Sarcopterygii Subkelas: Coelacanthimorpha Ordo: Coelacanthiformes 19. taksonomi ikan kerper Common carp Status konservasi: Aman Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Cypriniformes Familia: Cyprinidae Genus: Cyprinus Spesies: carpio Nama binomial Cyprinus carpio Linnaeus, 1758

    Teknologi Penangkapan Ikan dengan Alat tangkap Set Net

    PenyuluhPerikanan Mmu. Sahabat Penyuluh yang berbahagia, Set net merupakan jenis alattangkap yang dipasang atau diset secara menetap di daerah penangkapan - fishing ground dalam waktu beberapa lama. Pemasangan alat tangkap Set net di daerah penangkapan ini akan berbeda satu dan lainnya, ada yang diset di dasar perairan dan ada yang diset mulai dan permukaan peráiran sampai menyentuh dasar perairan. Perbedaan pemasangan ini tergantung dari jenis ikan yang akan dijadikan target dalam operasi penangkapan dan daerah tangkap-Fishingground di mana Set net akan dipasang. Lainnya pemasangan Set net di daerah penangkapan umumnya disesuaikan dengan lamanya musim dan satu atau beberapa species ikan yang beruaya ke tempat di mana Set net dipasang. Di negara Jepang, penangkapan ikan dengan menggunakan set net banyak dilakukan di hampir seluruh perairan pantai, Perairan pantai di Jepang umumnya mempunyai daerah maya ikan utama yang kemudian ikan yang beruaya di daerah maya utama banyak yang beruaya ke perairan pantai untuk tujuan yang berbeda menurut jenisnya. Tujuan beruayanya ikan dari satu tempat ke tempat lain diantaranya: Ikan tuna, yellow tail, sarden, mackerel, salmon, king salmon dan beberapa jenis ikan lainnya, secara periodik datang beruaya ke perairan pantai melewati maya yang selalu menetap. Ikan yang memasuki Set net umumnya ikan atau gerombolan ikan yang sedang melakukan migrasi seperti migrasi untuk mencari makan - feeding migration, migrasi untuk memijah - spawning migration atau migrasi lainnya. Ikan yang memasuki Set net ada yang bermigrasi secara soliter, aggregation atau bermigrasi secara bergerombol dalam bentuk school atau dalam bentuk pood. Teknologipenangkapan ikan dengan menggunakan Set net merupakan suatu teknologi penangkapan yang sangat hemat bahan bakar, hemat biaya operasi, waktu yang dibutuhkan dan mulai pergi ke tempat set net dipasang kemudian mengambil hasil tangkapan dan kembali lagi ke fishing base tidak memakan waktu yang lama, biasanya hanya memakan waktu sekitar tiga sampai empat jam, hasil tangkapan dalam keadaan hidup, ikan yang belum layak tangkap dan mempunyai nilai ekonomis tinggi bisa dilepaskan kembali ke habitatnya

    Para Peneliti Jepang Bereksperimen Dengan Ryukin, Ikan Mas Transparan

    Para Peneliti Jepang Bereksperimen Dengan Ryukin, Ikan Mas Transparan Ingin mempelajari struktur tubuh makhluk hidup, tentu mengharuskan Anda membedahnya terlebih dahulu untuk melihat organ tubuh bagian dalam. Tapi tentu dengan membedahnya tersebut membuat makhluk hidup yang Anda teliti harus mati karena tersayat-sayat oleh pisau bedah. Adakah cara lain untuk menelitinya? Mungkin ini adalah awal yang baik untuk para peneliti yang ingin mempelajari struktur tubuh ikan mas. Tak perlu membedahnya tapi Anda cukup memperhatikannya saja karena setiap organ tubuh bagian dalamnya akan terlihat. Sejumlah ilmuan di Jepang telah sukses membuat ikan mas transparan yang mana Anda dapat melihat isi di dalam tubuhnya karena bagian luar tubuhnya benar-benar transparan. “Anda dapat melihat jantungnya berdetak dan organ tubuh lainnya karena kulitnya tidak memiliki pigmen,” papar Professor dari Universitas Mie, Yutaka Tamaru. “Anda tidak harus menyayat tubuh ikan tersebut. Anda bahkan dapat melihat otaknya yang kecil di bagian atas mata hitam ikan mas tersebut.” Tamaru menjelaskan bahwa para peneliti membuat ikan yang dinamai Ryukin tersebut dikembangbiakkan dengan mutasi penetasan ikan mas dengan kulit pucat. “Memiliki warna pucat adalah merugikan untuk ikan mas dalam aquarium tapi ada baiknya untuk melihat bagaimana organ-organ tubuh tersebut berjalan dalam bentuk tiga dimensi. Seperti melihat ikan mas ini tumbuh besar, Anda dapat melihatnya sepanjang hidupnya.” Menurut Yutaka, ikan Ryukin tersebut cenderung hidup selama 20 tahun dengan panjang 25 cm dan berat 2 kilogram. wueeehh muanteb khan?? so, buat peneliti gak usah susah - susah lagi membedah ikan ryukin ini cukup dengan melihat luarannya saja kita udah tau dalemannya hehehe.. next kita ke australia. Satu fosil ikan dari Australia ternyata merupakan satu dari vertebrata yang melakukan reproduksi dengan pembuahan telur di dalam tubuh betina. Jurnal Nature mengatakan fosil ikan ini memiliki embrio sepanjang 5 cm. Pembuahan telur oleh sperma di luar tubuh sang ibu - disebut pembuahan luar - ini diperkirakan terjadi sebelum kopulasi. Fosil ini memperlihatkan bahwa pembuahan telur di dalam tubuh betina berevolusi lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. "Ikan-ikan ini merupakan bukti reproduksi internal terjadi lebih awal," ujar Zerina Johanson, kurator fosil ikan di Museum Natural History London. "Kami sebelumnya memperkirakan ikan-ikan purba ini akan memperlihatkan sistem reproduksi yang lebih primitif, yaitu telur dan sperma bersatu di air dan embrio tumbuh di luar tubuh ikan." Menurut Dr Johanson, fosil berusia 365 juta tahun ini memperlihatkan bahwa "jenis pembuahan yang lebih canggih, yaitu terjadi di dalam tubuh induk, ternyata banyak terjadi di ikan purba dibandingkan perkiraan sebelumnya. "Penemuan ini sangat penting karena bukti reproduksi biologi sangat jarang ditemukan dalam fosil," Ikan yang berasal dari Periode Devonian ini diberi nama ilmiah Incisoscutum ritchiei. Ikan ini adalah dari kelompok placoderms, yang berkulit keras. Perbandingan hiu Spesimen ini juga memperlihatkan modifikasi sirip pinggul di bagian perut. Penulis artikel dalam jurnal Naturei itu yakin struktur yang disebut clasper, digunakan oleh ikan jantan untuk memeluk ikan betina saat kawin. Fosil ini berasal dari formasi Gogo di Australia Barat Organ serupa bisa dilihat sekarang pada ikan hiu. "Clasper adalah organ kaku yang dimasukkan ke dalam tubuh betina untuk mengirim sperma," ujar salah satu penulisnya, Dr John Long, pakar palaentologi di Musium Victoria, Australia. Di salah satu jenis placoderm bernama Ptyctodonts, organ ini ditutupi tulang dan kaitan. "Kelompok baru ini...memiliki clasper yang lebih fleksibel. Dalam artikel di Jurnal Nature, kami mengindikasikan bahwa ini adalah bentuk awal alat fertilisasi pejantan, karena bagian dari organ itu diganti dengan tulang rawan halus," ungkap Dr Long. Proses pembuahan internal dan melahirkan mahluk bukan dalam bentuk terlur membedakan sejumlah jenis ikan dengan mamalia lain seperti reptilia dan amfibi. Dr Johanson memandang ini merupakan metode reproduktif utama ikan-ikan purba seperti placoderms dan kelompok ikan lain pun bisa juga mengalami evolusi serupa. "Berhubungan seksual lebih umum terjadi di kalangan binatang primitif pra sejarah. Sebelumnya kita berpikir pembuahan di luar merupakan bentuk reproduksi paling awal, namun ternyata kopulasi tampaknya menjadi cara utama mereka bereproduksi," ujar Dr Johanson. 'Jaman ikan' Ikan ini, yang sejak tahun 1980 an dimiliki oleh NHM di London, sebelumnya diperkirakan mati setelah makan, tulang-tulang di dalamnya dikira berasal dari ikan kecil yang dimakannya. Penemuan ini membuktikan pembuahan dalam tubuh terjadi lebih awal Namun penelitian terhadap ikan serupa membuat Dr Johanson dan timnya kembali melakukan perkiraan ulang terhadap fosil itu. Mereka berkesimpulan bahwa 'makanan terakhir' itu adalah ikan muda yang sedang berkembang di dalam kandung ibunya. Placoderms diperkiran sebagai salah satu vertebrata yang memiliki rahang yang paling primitif. Ikan ini punah di akhir periode Devonian, yang sering digambarkan sebagai "Jaman Ikan". "Placoderms berada di urutan terbawah pohon vertebrata. Jadi mereka sebenarnya nenek moyan gkita," ujar Dr Long. Setelah placoderms punah, satu vertebrata yang memiliki rahang, ikan bertulang, berevolusi menjadi tetrapods - kelompok hewan berkaki empat seperti mamalia, burung, reptilia dan amfibi. Tahun lalu, para ilmuwan melaporkan contoh mahluk yang lahir secara utuh dari fosil placoderm lain di formasi Gogo, Australia Barat.

    Rabu, 18 September 2013

    SmartRod: Alat Pancing dilengkapi Teknologi Tercanggih



          Di era digital dan serba canggih ini segala benda sudah disulap dengan teknologi mumpuni, termasuk diantaranya adalah alat pancing. Sebuah alat pancing baru bernama SmartRod telah diperkenalkan kepada khalayak ramai di sebuah situs Indiegogo.com. Lalu seberapa canggih kah alat pancing ini? Dan benarkah sangat efektif dalam menangkap ikan? Tentu saja, dengan SmartRod Anda dapat memancing dengan mudah dan pastinya hasil tangkapannya relatif banyak sesuai dengan habitat ikan . Dengan alat pancing pintar ini bernama penggunanya hanya perlu cukup duduk diam di pinggir kolam atau sungai dan menunggu alarm khusus pada SmartRod yang dipasang dibagian joran. Alarm akan berbunyi untuk menandakan adanya ikan yang terkait pada ujung kail. Namun untuk umpan, masih dapat tetap digunakan, karena hal ini berguna untuk memancing para ikan untuk mendekat.
    Alat pancing SmartRod ini menggunakan joran yang panjangnya sekitar 2 meter dan didukung dengan sensor akselerometer yang sangat sensitif. Saat ada seekor ikan yang tersangkut di ujung kail, maka sensor tersebut akan memberitahukan penggunanya melalui alarm yang berbunyi serta lampu menyala-padam seperti riting sehingga penggunanya dapat langsung menarik tali pancing dan ikan dapat segera ditangkap. Sensivitas sensornya dapat diatur sendiri, baik dalam mode low, medium dan High, karena mengingat kebutuhan pemakaian. Tampilan HML akan berkedip hijau setiap 12 detik untuk membritahu Anda mengenai ativitas dibawah air melalui batang aktif pada SmartRod.
    Untuk menyalakan sensivitas SmartRod cukup menekan tombol dan memilih mana opsi sensitivitas Anda inginkan seperti yang telah dijelaskan diatas. Sebagai contoh untuk teknologi yang dipilih pada opsi sensitivitas tinggi, Anda dapat mengetahui ikan meski hanya dengan sedikit sentuhan pada ujung SmartRod. Penggunaan mode pengaturan sensivitas Menengah dan Rendah direkomendasikan untuk situasi area pemancingan yang sedang dilanda angin besar, gelombang, hujan lebat. SmartRod akan kesulitan mendeteksi ikan yang mendekat jika Anda menggunakan sensivitas tinggi pada kondisi tersebut.
    Suara alarm otomatis pada SmartRod dapat berhenti saat penggunanya mulai menggulung reel pancing. Namun, apabila Anda nyaman dengan suara alarmnya ini, Anda dapat memilih mode silent. Beberapa pemancing memang merasa terganggu konsentrasinya saat memancing apabila ada suara-suara lain. Sebagai tambahan, karena alarm ditempatkan di dalam joran, Anda dapat menggunakan jenis reel apa saja, karena SmartRod dibuat agar kompabilitas dengan berbagai aksesoris lain.
    Teknologi digital pada perangkat atau barang elektronik lain umumnya sangat rawan dengan air, namun tidak dengan SmartRod. Jika Anda memancing dalam keadaan hujan tidak menjadi masalah, karena SmartRod didesain dengan bahan yang tahan air.
    SmartRod merupakan alat pancing pertama dunia dengan Joran yang sudah diprogram menggunakan Komputer Teknologi Accelerometer Controlled. Teknologi ini telah dilindungi dengan hak paten dan tersedia pula software utilitasnya. Untuk SmartRod original, desain serta perangkat lunak dan merek dagang mendapat hak cipta. Beberapa kritikus berpendapat bahwa teknologi pole yang bekerja pada SmartRod ini mirip dengan teknologi yang ada pada Nintendo Wii dan iPhone. SmartRod ini juga sangat pas untuk dipakai memancing ikan Europe Carp karena alarm dibuat ke batang tanpa perlu aksesori tambahan atau perangkat lain. Bahkan SmartRod juga bekerja dengan baik untuk pemancing penyandang cacat. Pihak pengembangnya ingin agar orang-orang yang penglihatan dan pendengarannya terganggu dapat menikmati kegiatan memancing tanpa harus kerepotan akan kekurangan mereka.
    Karena merupakan alat pancing degan teknologi canggih pertama di dunia, SmartRod dibanderol dengan harga USD 55 hingga USD 70 sesuai dengan kelengkapan dan ukurannya. Untuk SmartRod termurah tersedia berbagai perlengkapan seperti stainless steel guides , aluminum oxide inserts, Baterai Lithium 2 CR2032 dan Piece medium action. Sedangkan untuk SmartRod termahal, didukung berbagai perlengkapan seperti Spinning Rell dengan desain ball bearing, convertible retrieve kanan/kiri, spooled dengan Red 15 lb test line, Spinning Rod, dan Baterai Lithium 2 CR2032.

    Aplikasi Fishfinder ”Hydro-Acoustic” dan GPS dalam Teknologi Pencarian Ikan




    Global Positioning System (GPS) menyediakan informasi posisi dan waktu secara terus menerus di berbagai tempat di bumi. Karena GPS dapat diakses oleh sejumlah user yang tidak terbatas, maka GPS adalah sebuah sistem yang pasif. Oleh karena itu, user hanya dapat menerima sinyal satelit dengan bantuan GPS receiver.
    Penggunaan teknologi GPS sangat membantu pekerjaan – pekerjaan survey pemetaan, topografi, hydrografi, geologi, land survey, dan juga bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu navigasi pencarian ikan. Bahkan ada beberapa tipe GPS yang digunakan untuk hobby. Seperti kegiatan memancing, mendaki gunung, travelling, serta olah raga.

    Gambar 1. Pemanfaatan Hydro-Acoustic dalam Mencari Ikan
    Pada awalnya Acoustic System dikembangkan oleh Inggris pada masa pra-Perang Dunia II (PD II) dengan membuat ASDIC (Anti Sub-marine Detection Investigation Committee) yang terbukti sangat berguna bagi Angkatan Laut Negara-negara Sekutu pada PD II.
    Setelah PD II berakhir, penggunaan akustik semakin berkembang luas untuk tujuan damai dan ilmiah, antara lain digunakan untuk; mempelajari proses perambatan suara pada medium air, penelitian sifat-sifat akustik dan benda-benda yang terdapat pada suatu perairan, komunikasi dan penentuan posisi di kolom perairan.
    Selanjutnya perkembangan akustik semakin pesat pada awal dekade 70-an karena telah ditemukan Echo Integrator yang dapat menghasilkan nilai absolut untuk pendugaan dan estimasi bawah air.
    Hydro-acoustic merupakan suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan menggunakan perangkat akustik (acoustic instrument), antara lain; ECHOSOUNDER, FISHFINDER, SONAR dan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler). Teknologi ini menggunakan suara atau bunyi untuk melakukan pendeteksian.
    Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan suara di air adalah 1.500 m/detik, sedangkan kecepatan suara di udara hanya 340 m/detik, sehingga teknologi ini sangat efektif untuk deteksi di bawah air.
    Beberapa langkah dasar pendeteksian bawah air adalah adanya transmitter yang menghasilkan listrik dengan frekwensi tertentu. Kemudian disalurkan ke transducer yang akan mengubah energi listrik menjadi suara, kemudian suara tersebut dalam berbentuk pulsa suara dipancarkan (biasanya dengan satuan ping).

    Suara yang dipancarkan tersebut akan mengenai obyek (target), kemudian suara itu akan dipantulkan kembali oleh obyek (dalam bentuk echo) dan diterima kembali oleh alat transducer. Echo tersebut diubah kembali menjadi energi listrik; lalu diteruskan ke receiver dan oleh mekanisme yang cukup rumit hingga terjadi pemprosesan dengan menggunakan echo signal processor dan echo integrator.

    Pemrosesan didukung oleh peralatan lainnya; komputer; GPS (Global Positioning System), Colour Printer, software program dan kompas. Hasil akhir berupa data siap diinterpretasikan untuk bermacam-macam kegunaan yang diinginkan.
    Bila dibandingkan dengan metode lainnya dalam hal estimasi atau pendugaan, teknologi hydro-acoustic memiliki kelebihan, antara lain. Informasi pada areal yang dideteksi dapat diperoleh secara cepat (real time). Dan secara langsung di wilayah deteksi (in situ).
    Kelebihan lain adalah tidak perlu bergantung pada data statistik. Serta tidak berbahaya atau merusak objek yang diteliti (friendly), karena pendeteksian dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan suara (underwater sound).

    Menurut MacLennan and Simmonds (1992) hasil estimasi populasi adalah nilai absolut. Hydro-acoustic dapat digunakan dalam mengukur dan menganalisa hampir semua yang terdapat di kolom dan dasar air, aplikasi teknologi ini untuk berbagai keperluan antara lain adalah; eksplorasi bahan tambang, minyak dan energi dasar laut (seismic survey), deteksi lokasi bangkai kapal (shipwreck location), estimasi biota laut, mengukur laju proses sedimentasi (sedimentation velocity), mengukur arus dalam kolom perairan (internal wave), mengukur kecepatan arus (current speed), mengukur kekeruhan perairan (turbidity) dan kontur dasar laut (bottom contour).
    Saat ini, hydro-acoustic memiliki peran yang sangat besar dalam sektor kelautan dan perikanan, salah satunya adalah dalam pendugaan sumberdaya ikan (fish stock assessment). Teknologi hydro-acoustic dengan perangkat echosounder dapat memberikan informasi yang detail mengenai kelimpahan ikan, kepadatan ikan sebaran ikan, posisi kedalaman renang, ukuran dan panjang ikan, orientasi dan kecepatan renang ikan serta variasi migrasi diurnal-noktural ikan. Saat ini instrumen akustik berkembang semakin signifikan, dengan dikembangkannya varian yang lebih maju, yaitu Multibeam dan Omnidirectional. Perangkat Echosounder memiliki berbagai macam tipe, yaitu single beam, dual beam (http://www.sinarharapan.co.id/berita/0501/19/ipt02.html).

    Metode hydro-acoustic merupakan suatu usaha untuk memperoleh informasi tentang obyek di bawah air dengan cara pemancaran gelombang suara dan mempelajari echo yang dipantulkan. Dalam pendeteksian ikan digunakan sistem hidroakustik yang memancarkan sinyal akustik secara vertikal, biasa disebut echo sounder atau fish finder (Burczynski, 1986).
    Penggunaan metode hydro-acoustic mempunyai beberapa kelebihan (Arnaya, 1991), diantaranya :
    1. berkecepatan tinggi ;
    2. estimasi stok ikan secara langsung dan wilayah yang luas dan dapat memonitor pergerakan ikan ;
    3. akurasi tinggi ;
    4. tidak berbahaya dan merusak sumberdaya ikan dan lingkungan, karena frekwensi suara yang digunakan tidak membahayakan bagi si pemakai alat maupun obyek yang disurvei.
    Penggunaan teknologi ini sangat membantu dalam pencarian sumberdaya ikan yang baru, sehingga akan mempercepat pengambilan keputusan atau kebijakan, terutama untuk menetapkan daerah penangkapan ikan agar potensi ikan dapat dipertahankan (Riani, 1998).
    Keterpaduan semua metode di atas dapat dilakukan dengan adanya kerjasama diantara pihak-pihak terkait. Citra yang diperoleh melalui satelit penginderaan jauh, misalnya dianalisis di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) atau di instansi terkait lainnya. Data yang dihasilkan merupakan informasi dasar terhadap penentuan daerah potensi ikan. Data dan informasi juga dapat diperoleh melalui hasil survei akustik pada perairan yang sama selama beberapa waktu pengamatan, sehingga diharapkan dapat menghasilkan informasi yang lebih akurat tentang keberadaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Informasi ini kemudian disampaikan kepada pihak pengguna, misalnya nelayan atau pengusaha penangkap ikan dalam melakukan operasi penangkapan sehingga kapal-kapal ikan dapat begerak ke daerah yang dimaksud, sehingga dengan demikian dapat menekan biaya operasional kapal-kapal tersebut (http://tumoutou.net/3_sem1_012/ke2_012.htm).




    Gambar 2. Hasil Penangkapan Ikan dengan Bantuan Fishfinder dan GPS
    Negara-negara yang maju pada sektor kelautan-perikanan (Norwegia, Jepang, Amerika Serikat, China dan Peru) bergantung pada teknologi akustik ini. Mereka menggunakan untuk melakukan eksplorasi sumberdaya dengan cepat, sehingga dapat mengeksploitasi dengan optimal, efisien dan ekonomis karena biaya eksplorasi yang murah dan waktu eksplorasi yang cukup singkat.

    Selain itu eksploitasi yang dilakukan dapat lebih berwawasan lingkungan, berkesinambungan dan lestari, sebab sudah diketahui dengan jelas berapa potensi sumberdaya yang akan di eksploitasi tersebut, hanya perlu memilih kebijakan apa yang paling tepat untuk pengelolaan yang berkesinambungan dan lestari tersebut.

    Hingga sekarang, teknologi hydro-acoustic ini belum banyak digunakan pada sektor kelautan-perikanan Indonesia, khususnya oleh perusahaan-perusahaan perikanan. Sebaiknya perusahaan-perusahaan tersebut mau memanfaatkan teknologi ini untuk kegiatan eksplorasi yang maksimal dan eksploitasi sumberdaya yang optimal (Donwill Panggabean, 2003).

    Peralatan canggih berupa fish finder dan perlengkapan Global Positioning System (GPS) sebenarnya dapat diterapkan pada nelayan-nelayan yang ada di Indonesia karena hal tersebut dapat memudahkan nelayan mengetahui posisi ikan. Alat tersebut dimungkinkan dapat mengurangi beban nelayan akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang saat ini sedang dirasakan. Bantuan alat fishfinder dan GPS yang diberikan ini bisa mengirit BBM. Mereka hanya akan berlayar ke tempat yang terdapat gerombolan ikan di laut sehingga dapat meningkatkan produk ikan laut yang ada. Fishfinder yang digunakan juga dapat memberikan informasi mengenai suhu, arus, kesuburan klorofil dan lainnya. Sedangkan GPS akan memudahkan nelayan mengetahui koordinat keberadaan kapal mereka saat berlayar. Jelas sekali bahwa peranan atau aplikasi fish finder dan GPS dalam pencarian informasi keberadaan ikan sangatlah penting dan bermanfaat bagi nelayan.

    Pemanfaatan Telematika (Remote Sensing) di Bidang Perikanan

    Sebelum mengenal lebih jauh apa itu remote sensing, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu Telematika?.
    Telematika adalah singkatan dari Telekomunikasi dan Informatika. Istilah telematika sering dipakai untuk beberapa macam bidang, sebagai contoh adalah:
    a)      Integrasi antara sistem telekomunikasi dan informatika yang dikenal sebagai Teknologi Komunikasi dan Informatika atau ICT (Information and Communications Technology). Secara lebih spesifik, ICT merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengiriman, penerimaan dan penyimpanan informasi dengan menggunakan peralatan telekomunikasi.
    b)      Secara umum, istilah telematika dipakai juga untuk teknologi Sistem Navigasi/Penempatan Global atau GPS (Global Positioning System) sebagai bagian integral dari komputer dan teknologi komunikasi berpindah (mobile communication technology). Secara lebih spesifik, istilah telematika dipakai untuk bidang kendaraan dan lalulintas (road vehicles dan vehicle telematics).
    Jadi telematika itu sendiri dapat diartikan sebagai sistem jaringan komunikasi jarak jauh dengan teknologi informasi yang lebih mengacu kepada industri yang berhubungan dengan penggunakan komputer dalam sistem telekomunikasi. Salah satu contoh telematika yaitu internet.
    Istilah telematika juga sering dipakai untuk beberapa macam bidang, seperti :
    • Integrasi antara sistem telekomunikasi dan informatika yang dikenal sebagai Teknologi Komunikasi dan Informatika atau ICT (Information and Communications Technology). Secara lebih spesifik, ICT merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengiriman, penerimaan dan penyimpanan informasi dengan menggunakan peralatan telekomunikasi.
    • Secara umum, istilah telematika dipakai juga untuk teknologi Sistem Navigasi/Penempatan Global atau GPS (Global Positioning System) sebagai bagian integral dari komputer dan teknologi komunikasi berpindah (mobile communication technology).
    • Secara lebih spesifik, istilah telematika dipakai untuk bidang kendaraan dan lalulintas (road vehicles dan vehicle telematics).
    Dalam telematika, ada yang disebut sebagai Computer Vision. Apa itu Computer Vision? Watch and learn.
    Computer Vision adalah ilmu dan teknologi mesin yang melihat, di mana mesin mampu mengekstrak informasi dari gambar yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Sebagai suatu disiplin ilmu, visi komputer berkaitan dengan teori di balik sistem buatan bahwa ekstrak informasi dari gambar. Data gambar dapat mengambil banyak bentuk, seperti urutan video, pandangan dari beberapa kamera, atau data multi-dimensi dari scanner medis. Sedangkan sebagai disiplin teknologi, computer vision berusaha untuk menerapkan teori dan model untuk pembangunan sistem computer vision.
    Computer Vision didefinisikan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana komputer dapat mengenali obyek yang diamati. Cabang ilmu ini bersama Artificial Intelligence akan mampu menghasilkanVisual Intelligence System. Perbedaannya adalah Computer Vision lebih mempelajari bagaimana komputer dapat mengenali obyek yang diamati. Namun komputer grafik lebih ke arah pemanipulasian gambar (visual) secara digital. Bentuk sederhana dari grafik komputer adalah grafik komputer 2D yang kemudian berkembang menjadi grafik komputer 3D, pemrosesan citra, dan pengenalan pola. Grafik komputer sering dikenal dengan istilah visualisasi data.
    Computer Vision adalah kombinasi antara :
    • Pengolahan Citra (Image Processing), bidang yang berhubungan dengan proses transformasi citra/gambar (image). Proses ini bertujuan untuk mendapatkan kualitas citra yang lebih baik.
    • Pengenalan Pola (Pattern Recognition), bidang ini berhubungan dengan proses identifikasi obyek pada citra atau interpretasi citra. Proses ini bertujuan untuk mengekstrak informasi/pesan yang disampaikan oleh gambar/citra.
    Beberapa aplikasi yang dihasilkan dari Computer Vision antara lain :
    1. Psychology, AI
    2. Optical Character Recognition
    3. Remote Sensing
    4. Medical Image Analysis
    5. Industrial Inspection
    6. Robotic
    Baiklah. Setelah berbasa-basi, saatnya menuju topik utama. Topik utama nya adalahRemote Sensing dimana pembahasannya akan lebih dipersempit ke bidang perikanan. Berikut pembahasannya.
    Teknologi Remote Sensing (Penginderaan Jauh / Inderaja) di Bidang Perikanan
    Sebagaimana diketahui bahwa dua pertiga bagian dunia adalah lautan, begitu pula dengan wilayah Indonesia terdiri dari 62% ( ± 3,1 juta km2) berupa laut dan daerah pesisir. Karena negara Indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa, mempunyai karakteristik yang unik karena di wilayah perairan tersebut sering terjadi interaksi antara massa air yang datang dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pertemuan massa air dari kedua samudera tersebut terdapat pada daerah-daerah wilayah perairan laut Indonesia.
    Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia menghadapi beberapa kendala, contohnya antara lain kondisi masyarakat pesisir, khususnya nelayan yang masih termarginalkan, adanya gejala overfishing di beberapa wilayah perairan, atau adanya pencurian ikan oleh armada nelayan asing. Dan bila dicari hubungan dari beberapa kasus tersebut tampaknya dapat ditarik benang merah antara kemiskinan nelayan dan gejala overfishing serta pencurian ikan, yang antara lain disebabkan kurangnya informasi atau ketidak tahuan nelayan mengenai daerah-daerah surplus perikanan yang sifatnya sudah tentu sangat seasonable dan conditional. Kurangnya informasi ini menyebabkan terjadinya rutinitas penangkapan ikan pada areal yang sama, sementara di lain tempat nelayan asing yang sudah mempunyai informasi yang handal menangkap ikan di daerah yang surplus yang seharusnya menjadi hak nelayan lokal. Tidak bisa dipungkiri peran iptek sangat kental sekali disini, dimana tanpa adanya dukungan iptek yang handal akan sulit bagi nelayan untuk dapat keluar dari lingkaran kemiskinan yang selama ini mengelilingi mereka. Oleh karena itu, tulisan ini mencoba mengkaji dukungan teknologi yang menyangkut informasi kepada nelayan lokal, sehingga mereka dapat mengetahui dengan pasti wilayah perairan yang surplus ikan.
    Teknologi ini antara lain adalah teknologi penginderaan jauh atau remote sensing, suatu teknologi yang telah banyak digunakan negara-negara maju, seperti armada perikanan jepang, untuk pengelola dan memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan mereka. Teknologi pada dasarnya memanfaatkan gejala alam, yang dengan akal pikiran manusia dapat diterjemahkan ke dalam suatu bentuk iptek (pengetahuan), yang digunakan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan umat manusia, khususnya nelayan. Adapun tujuan dari tulisan ini adalah untuk melihat kontribusi fenomena alam pada perkembangan teknologi remote sensing (penginderaan jauh / inderaja), serta bagaimana dukungan teknologi ini terhadap produktivitas perikanan. Karena pada prinsipnya adanya teknologi inderaja ini diharapkan dapat memperluas informasi perikanan kepada nelayan sehingga kesejahteraannya kehidupannya dapat ditingkatkan.
    Dalam kaitannya dengan teknologi inderaja, fenomena merambatnya (propagation) energi matahari ke bumi dan reaksi dari obyek-obyek di bumi terhadap energi matahari tersebut (obyek di bumi dapat memantulkan/reflected, memancarkan/emitted, mengalirkan/transmitted maupun menyerap/ absorbed energi matahari yang datang padanya), menjadi unsur utama yang harus ditelaah dan dapat membuahkan ilmu. Selain itu, angkasa luar beserta fenomenanya, yaitu tidak adanya gaya gravitasi, karakteristik planet-planet di alam semesta maupun perputaran bumi pada porosnya membuat manusia menciptakan satelit yang mengorbit di angkasa luar, sama seperti planet-planet di alam tersebut. Kemudian untuk menghubungkan fenomena energi matahari dengan perkembangan teknologi satelit ini, manusia menciptakan alat optik yang diletakan pada satelit dan dapat merekam energi matahari yang dipantulkan (reflected) , diserap (absorbed) maupun di pancarkan (emitted) oleh obyek-obyek di bumi. Sehingga terjadilah apa yang disebut dengan teknologi inderaja optik (optical remote sensing) yang antara lain dapat menggunakan wahana satelit sebagai sarananya atau dikenal dengan sebutan satellite remote sensing. Fenomena yang terjadi di alam pada dasarnya mengacu pada kaidah bahwa energi matahari yang berinteraksi dengan obyek-obyek di bumi ini berada pada kisaran gelombang elektromagnetik tertentu (sebagaimana dijelaskan pada Gambar 1).
    Dalam perjalanannya, sebagian dari energi ini akan dipantulkan oleh partikel debu maupun molekul air ataupun mengalami refraksi (scattered radiation) pada lapisan atmosfir. Sementara sebagian dapat berinteraksi dengan bumi dan dapat dipantulkan (reflected energy), diserap (absorbed energy), ataupun dialirkan ke lapisan lain (transmitted energy). Data yang dipantulkan obyek di bumi (disebut sebagai nilai reflectance) ini yang direkam oleh sensor pada satelit, dikirim ke stasiun bumi dan diterjemahkan sebagai nilai kecerahan (brightness value) atau nilai digital (digital value) saat disimpan pada computer compatible tape (CCT) untuk pemanfaatan lebih lanjut (lihat Gambar 2).
    Gambar 1. Spektrum Gelombang Elektromagnetik (Lillesand and Kiefer, 1987)
    Dalam perjalanannya, sebagian dari energi ini akan dipantulkan oleh partikel debu maupun molekul air ataupun mengalami refraksi (scattered radiation) pada lapisan atmosfir. Sementara sebagian dapat berinteraksi dengan bumi dan dapat dipantulkan (reflected energy), diserap (absorbed energy), ataupun dialirkan ke lapisan lain (transmitted energy). Data yang dipantulkan obyek di bumi (disebut sebagai nilai reflectance) ini yang direkam oleh sensor pada satelit, dikirim ke stasiun bumi dan diterjemahkan sebagai nilai kecerahan (brightness value) atau nilai digital (digital value) saat disimpan pada computer compatible tape (CCT) untuk pemanfaatan lebih lanjut (lihat Gambar 2).
    Gambar 2. Uraian interaksi obyek-obyek di permukaan bumi dengan gelombang elektromagnetik sehingga dihasilkan citra inderaja
    Energi elektromagnetik yang dipantulkan, diserap, dialirkan maupun di pancarkan ini sifatnya sangat bervariasi tergantung pada karakteristik obyek-obyek di permukaan bumi tersebut. Keadaan ini menunjukan bahwa setiap obyek dibumi mempunyai spectral respond (reaksi spektral) yang berbeda. Hal inilah yang dimanfaatkan dalam sistim inderaja melalui sistim sensor pada satelit yang juga mempunyai spectral sensitivity (kepekaan terhadap spektral) tertentu sebagai dasar terbentuknya data inderaja. Adapun karakteristik spektral dari beberapa unsur-unsur utama di permukaan bumi, yaitu tumbuhan, tanah dan air dapat dilihat pada Gambar 3.
    Gambar 3. Karakteristik spektral reflektansi tanah, air dan vegetasi (Lillesandand Kiefer, 1987)
    Dengan mengacu pada fenomena alam yang menunjukan adanya karakteristik obyek di bumi yang sangat spesifik dalam merespond energi matahari (yang berada pada spektrum elektromagnetik), yang antara lain ditunjukan pada gambar 3. Dapat dilihat peranan spektrum tampak mata (visible spectrum) untuk sumberdaya kelautan, yang ditunjukan oleh kurva reflectancenya pada tubuh air. Spektrum ini mempunyai panjang gelombang berkisar antara 0.4-0.7 um, yang terdiri dari spektrum tampak mata biru (visible blue) dengan panjang gelombang 0.4–0.5 um, spektrum tampak mata hijau (visible green) dengan panjang gelombang 0.5–0.6 um dan spektrum tampak mata merah (visible red) dengan panjang gelombang 0.6–0.7 um (Jensen, 1986; Lillesand and Kiefer, 1987; Swain and Davis, 1978).
    Kemampuan merambat (propagation) di dalam kolom air dari ketiga spektrum tampak mata tersebut dan reaksi spektralnya sangatlah beragam. Gelombang tampak mata biru (visible blue) mempunyai kemampuan rambat yang sangat tinggi, dimana gelombang ini dapat menebus lapisan air sampai ke dalaman 100 m (Nybakken, 1992). Gelombang tampak mata hijau (visible green) mempunyai kemampuan rambat (propagation) yang lebih pendek di dalam tubuh air dibandingkan dengan gelombang tampak mata biru (visible blue). Sedangkan gelombang tampak mata merah (visible red) merupakan gelombang yang terpendek dalam menebus lapisan kolom air. Di dalam kolom air gelombang tampak mata ini akan mengalami absorsi maupun transmisi. Dan apabila gelombang ini berinteraksi dengan materi yang berada di dalam kolom air barulah akan terjadi refleksi yang nilainya akan direkam oleh sensor pada satelit.
    Adapun kaitan antara fenomena alam dari gelombang elektromagnetik ini dengan perikanan pada prinsipnya mengacu pada pangkal dari semua bentuk kehidupan dalam laut, yaitu aktivitas fotosintetik tumbuhan akuatik. Dimana dengan menggunakan bantuan energi cahaya matahari, dapat mengubah senyawa-senyawa anorganik menjadi senyawa organik yang kaya energi dan dapat menjadi sumber makanan bagi semua organisme laut (Nybakken, 1992). Diantara semua tumbuhan akuatik fitoplanktonlah yang mengikat sebagian besar energi matahari, dan menjadi dasar (level pertama) terbentuknya rantai makanan dalam ekosistem bahari, dan sangat penting keberadaannya bagi semua penghuni habitat bahari (Nybakken, 1992; Dupouy, 1991). Pada dasarnya fitoplankton terdiri dari alga yang berukuran mikroskopik yang berisikan pigment fotosintetik berwarna hijau, dan biasa disebut sebagai klorofil (Dupouy, 1991). Klorofil yang berwarna hijau inilah yang pada dasarnya menjadi sumber informasi perikanan laut karena keterkaitannya yang erat dengan produktivitas primer perikanan, sehingga dapat disimpulkan dimana terdapat konsentrasi klorofil yang tinggi disitu terdapat juga konsentrasi biota atau ikan laut yang tinggi.
    Dalam kaitannya dengan inderaja, klorofil merupakan obyek yang mudah dianalisa untuk memprediksi potensi perikanan laut. Karena unsur ini akan menyerap gelombang tampak mata biru dan memantulkan gelombang tampak mata hijau secara kuat. Sehingga ketika terjadi peningkatan kandungan klorofil, dapat dilihat adanya peningkatan energi yang dipantulkan oleh gelombang tampak mata hijau, dan penurunan pantulan gelombang tampak mata biru yang signifikan (Gambar 4)(Swain and Davis, 1978).
    Gambar 4. Spektral reflektans dari air laut dgn konsentrasi klorofil yang berbeda (Swain and Davis, 1978)
    Contoh dari penerapan karakteristik spektrum tampak mata (visible spectrum) untuk memprediksi produktivitas laut (marine productivities) melalui konsentrasi klorofil salah dapat dilihat pada gambar 5. Dimana warna hijau tampak sebagai reaksi dari spektrum tampak mata hijau yang berinteraksi dengan Klorofil dan warna biru merupakan reaksi dari laut yang berinteraksi dengan spektrum tampak mata biru, yang dalam penelitian ini kedua unsur tersebut diberi warna berbeda, yaitu hitam kecoklatan untuk laut dalam, biru untuk konsentrasi klorofil rendah dan hijau untuk konsentrasi klorofil tinggi. Akan tetapi, fitoplankton atau klorofil umumnya hanya menghuni suatu lapisan air permukaan yang tipis dimana terdapat cukup cahaya matahari, dan mempunyai suhu yang relatif homogen. Sedangkan zat hara anorganik yang dibutuhkan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak terletak pada zona fotik yang terdapat jauh dari permukaan dengan suhu yang berbeda jauh (lebih dingin) dengan suhu permukaan. Sehingga dibutuhkan suatu mekanisme untuk mengangkat massa air yang kaya akan hara ini ke permukaan sehingga dapat bercampur dengan massa air permukaan dan dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang (Nybakken, 1992). Dalam hal ini perpindahan massa air ke atas (upwelling), arus-arus divergensi dan arus-arus khusus, yang menyebabkan terjadinya fenomena front dan eddie di laut, dapat memindahkan dan mencampurkan kedua massa air yang berbeda suhu tersebut dengan bantuan kekuatan angin. Upwelling merupakan penaikan massa air laut dingin dan kaya nutrien ke lapisan di atasnya (Longhurst, 1988).
    Gambar 5. Distribusi klorofil pada perairan Nusa Tenggara Timur dengan menggunakan data Modis_Terra (http://www.gsfc.nasa.gov)
    Front merupakan pertemuan dua massa air yang berbeda karakteristiknya, misalnya pertemuan antara massa air laut Jawa yang agak panas dengan massa air Samudera Hindia yang lebih dingin dan ditandai dengan gradient suhu permukaan laut yang sangat jelas pada kedua sisi front (Hasyim dan Salma, 1998). Berikut ini merupakan gambaran dari proses terjadinya upwelling (Gambar 6).
    Gambar 6. Proses terjadinya upwelling dan downwelling
    Umumnya sebaran konsentrasi klorofil-a tinggi di perairan pantai sebagai akibat dari tingginya suplai nutrien yang berasal dari daratan melalui limpasan air sungai, dan sebaliknya cenderung rendah di daerah lepas pantai. Meskipun demikian pada beberapa tempat masih ditemukan konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi, meskipun jauh dari daratan. Keadaan tersebut disebabkan oleh adanya proses sirkulasi massa air yang memungkinkan terangkutnya sejumlah nutrien dari tempat lain, seperti yang terjadi pada daerah upwelling. Sedangkan eddie merupakan gerakan air berpusar searah arus yang disebabkan adanya pertemuan massa air panas dan dingin sehingga dapat tercipta cold ring (cold eddie) dan warm ring (warm eddie) (Gambar 7) (Longhurst, 1988). Upwelling, front dan eddie merupakan perangkap zat hara dari kedua massa air yang berbeda suhu tersebut sehingga dapat merupakan feeding ground bagi jenis-jenis ikan pelagis dan juga dapat menjadi penghalang bagi pergerakan migrasi ikan karena pergerakan airnya yang sangat cepat dan bergelombang besar (Hasyim dan Salma, 1998). Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan stok ikan di ketiga tempat tersebut dan menjadi tempat yang ideal untuk penangkapan ikan jenis pelagis. Dengan demikian suhu dapat menjadi salah satu paramater yang dapat dimanfaatkan oleh sistim inderaja untuk menduga stok ikan, yaitu dengan menggunakan gelombang thermal. Karena obyek di bumi, termasuk tubuh air, juga merupakan sumber radiasi, dimana obyek yang mempunyai suhu di atas nilai absolut 0oC akan memancarkan energi panas ke atmosfir (Lillesand and Kiefer, 1987). Energi inilah yang ditangkap oleh sensor thermal pada satelit untuk diterjemahkan menjadi nilai digital pada citra satelit.
    Gambar 7. Perbedaan eddies pada kedalaman perairan(www.oc.nps.navy.mil)
    Masalah utama yang dihadapi dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan kan khususnya ikan pelagis adalah sangat terbatasnya data dan informasi mengenai kondisi oseanografi yang berkaitan erat dengan daerah potensi penangkapan ikan. Armada penangkap ikan berangkat dari pangkalan bukan untuk menangkap tetapi untuk mencari lokasi penangkapan sehingga selalu berada dalam ketidakpastian tentang lokasi yang potensial untuk penangkapan ikan, sehingga hasil tangkapannya juga menjadi tidak pasti. Oleh karena itu, informasi mengenai daerah potensi penangkapan ikan sangat diperlukan dalam pembangunan sektor perikanan, khususnya bagi kegiatan penangkapan ikan. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan survei, eksplorasi dan penelitian-penelitian dengan menelaah karakteristik serta variabilitas dari parameter oseanografi. Pengamatan dan monitoring fenomena oseanografi dan sumberdaya hayati laut memerlukan penggunaan serial data dalam selang waktu observasi tertentu (harian, mingguan, bulanan atau tahunan). Dari citra suhu permukaan laut (SPL) multitemporal dapat diperoleh informasi tentang pola distribusi SPL dan upwelling atau front yang merupakan daerah potensi ikan. Dari citra klorofil-a dapat diperoleh informasi konsentrasi fitoplankton (mg/m3) dengan nilai yang diwakili oleh degradasi warna yang berbeda. Diagram alir untuk analisis daerah potensi perikanan disajikan pada Gambar 8.
    KESIMPULAN :
    Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu teknologi yang berkembang melalui penelaahan fenomena-fenomena alam dan adanya keinginan untuk memperoleh informasi global mengenai kondisi bumi pada umumnya dan perikanan pada khususnya. Terlebih lagi perikanan laut umumnya mencakup daerah yang luas, remote (jauh) dan sulit diamati manusia tanpa adanya bantuan teknologi. Sehingga dengan mempelajari fenomena alam, pada akhirnya dapat mengembangkan teknologi satelit sebagai salah satu wahana yang dapat digunakan untuk menempatkan sensor inderaja, sehingga dapat diperoleh informasi yang global mengenai kondisi perikanan laut nasional maupun internasional. Teknologi ini dapat menyumbangkan informasi secara kontinu kepada armada nelayan nasional mengenai daerah potensi perikanan tangkap. Dengan kata lain produktivitas perikanan nasional dapat ditingkatkan melalui perkembangkan teknologi ini.
    Sumber :